Orang Dewasa yang Bisa Jadi Hacker? 3 Anak Ini Membuktikan

2016-11-01 13.01.0319155.0 / 1

Perkiraan artikel ini membutuhkan Menit dengan membaca 603 Kata.

Siapa Bilang Cuma Orang Dewasa yang Bisa Jadi Hacker? 3 Anak Ini Membuktikan Bahwa Mereka Pun Bisa!

Kegiatan meretas komputer (hacking), baik secara putus jaringan (offline) maupun sambung jaring (online), sering kali diidentikkan dengan aktivitas profesional yang dilakukan oleh peretas (hacker) yang merupakan ahli komputer dan pemrograman. Aktivitas ini bisa jadi merugikan pihak-pihak tertentu dan dapat menjerat pelakunya ke dalam tindak kriminal, yang membuatnya pantas untuk mendapatkan hukuman. Walaupun demikian, tahukah Anda bahwa -- di dunia ini – dikenal pula anak hacker, yaitu hacker di bawah umur yang pernah merepotkan berbagai pihak? Simaklah kisah tiga anak hacker berikut ini.

1. Kristoffer von Hassel

Hingga awal tahun ini, Kristoffer von Hassel dikenal sebagai hacker termuda di dunia. Aktivitas hacking yang membuat namanya mencuat dilakukan di usianya yang ke 12 tahun. Adapun, dia telah mulai melakukan peretasan sejak usia 5 tahun.

Alkisah, von Hassel kecil tertantang untuk membuka parental block yang diterapkan oleh orangtuanya pada beberapa video game keluaran Microsoft. Penasaran untuk memainkan berbagai game tersebut, von Hassel pun mencoba mengombinasikan berbagai password. Tanpa dinyana, kekeliruannya saat memasukkan password menuntunnya pada berbagai celah keamanan Microsoft, sehingga dia pun berhasil memainkan berbagai permainan yang diblokir oleh orang tuanya.

Beruntung, orang tuanya memergokinya dan memintanya menunjukkan langkah-langkah yang dilakukan untuk meretas sistem keamanan Microsoft. Orang tuanya pun menyampaikan celah ini kepada pihak Microsoft, dan pihak Microsoft lantas mengangkat Kristoffer von Hassel sebagai “peneliti sekuritas” untuk berbagai produk video games mereka.

2. Kevin Mitnick

Lain halnya dengan Kevin Mitnick, hacker yang mengawali kisahnya sebagai peretas di usia 13 tahun. Terdorong untuk bisa naik bus secara gratis ke setiap tempat di Los Angeles, Mitnick menerapkan teknik sosial untuk membobol sistem keamanan penyedia jasa transportasi di Los Angeles.

Dia mengorek slip-slip bukti transfer di tempat sampah dan menggunakannya untuk memperoleh berbagai informasi terkait pengguna tiket bus, seperti nama pengguna, password, dan nomor telepon modem. Sukses memperoleh tiket bus yang diimpikannya, Mitnick menerapkan teknik sosialnya untuk berbagai hal lain, termasuk untuk meretas komputer.

Pada usianya yang ke 16 tahun, dia berhasil membobol  jaringan komputer Digital Equipment Corporation (DEC) dan menyalin perangkat-perangkat lunak mereka. Semua itu dilakukannya hanya dengan bermodalkan nomor telepon yang diperolehnya dari seorang teman. Akibat aksinya ini, Mitnick harus mencicipi menginap di hotel prodeo selama 12 bulan, dilanjutkan dengan 3 tahun masa pengawasan.

Tidak lama setelah lepas dari masa pengawasan, Mitnick kembali melakukan aksi hacking. Kali ini, komputer-komputer dengan data pesan suara milik Pacific Bell menjadi sasarannya. Tindakannya ini membuatnya menjadi buronan selama dua setengah tahun.

Selanjutnya, selama masa buronnya, ditemukan bahwa Mitnick telah memiliki berbagai akses tidak sah ke puluhan jaringan komputer. Untuk menyembunyikan lokasinya, ia menggunakan nomor-nomor telepon klon yang diperolehnya dengan meretas data dari berbagai perusahaan komputer dan telepon seluler besar.

3. Si Anak 4 Tahun, Pembobol Data Keamanan FBI

Baru-baru ini, di bulan September 2016, badan intelijen Amerika (FBI) digemparkan oleh seorang hacker yang membobol dinding keamanan siber mereka. Yang mengejutkan, hacker tersebut ternyata adalah seorang anak berusia 4 tahun, yang belum lama ini memegang perangkat komputer.

Dia hanya tinggal berdua dengan ibunya yang tidak cukup berpendidikan untuk dapat mengoperasikan komputer. Komputer pertamanya pun baru diperolehnya sebagai hadiah natal tahun lalu, dari mantan kekasih ibunya. Bagaimana balita ini bisa meretas pertahanan FBI, masih terus diselidiki secata infensif saat ini oleh pihak yang berwenang.

Itulah tiga kisah anak hacker yang cukup menarik untuk ditelusuri. Selanjutnya, patutlah kita mawas diri tentang apa yang akan kita lakukan ketika kita—seorang dewasa—memergoki anak hacker tengah melakukan atau pun menikmati hasil retasannya. Akankah kita bersikap membiarkan, melakukan pembinaan, menghukum, atau yang lainnya? Reaksi yang dapat membuatnya menjadi hacker yang merugikan (black hat), atau justru membuatnya berjasa sebagai konsultan keamanan (white hat).

hacker, Anak

Punya Masalah

Silahkan tuangkan masalah ada disini

Buat Diskusi Forum Komentar dibawah
Back to Top